Skip to main content

Posts

Showing posts with the label sang_Penulis

Bapak

Angin mendesis dan menyusup melalui daun jendela cokelat yang semakin usang. Malam beranjak tua. Bulan setengah bulat perlahan naik tepat di atas pohon kelapa yang menjulang tinggi. Pohon kelapa peninggalan kakek, yang sudah berdiri kokoh lebih dari setengah abad yang lalu. Dulu, kakek yang menanamnya. Kata bapak, sewaktu aku kecil, ketika umurku 6 tahun, bapak sering memanjat pohon itu. Menaikinya pijakan demi pijakan hanya untuk mengambilkan sebiji kelapa untukku. Bapak dulu begitu cekatan dan sangat hati-hati ketika menyusuri setiap jengkal batang pohon kelapa yang begitu tinggi mencengkram langit. Dengan kaki telanjang, celana cokelat tua yang kusam dan banyak noda di mana-mana, kaos oblong yang terkoyak di bagian ketiak kanannya, serta sebilah golok kesayangan yang diikatkannya dengan tali tambang pada samping perut kirinya, bapak terlihat sigap dan tangguh menjejaki setiap titian yang dibuatnya tiap setengah meter di batang pohon. Kalau bapak sudah berhasil menaklukan pijakan

Deadline

Secercah cahaya kehidupan, Terpancar melewati persegi napas, Menyinari awal kehidupan, Tersenyum menyapa Mata Cinta terbuka dan ia hanya melihat sekeliling dalam sepi. Mengucek-ngucek mata dan meraba sekeliling kasurnya mencari sesuatu. “Cinta, bangun sayang. Jangan hanya terbaring dan menutup diri di balik selimut” ucap mama. Suara mama terdengar sayup-sayup memasuki celah vibrasi ruangan Cinta. Mata ini masih sedikit terpejam dan kembali merapatkan diri dengan selimut yang terasa hangat. “kaka 1aigoo, bangun lah. Gue tau kaka ngantuk tapi kaka harus BANGUNNN”. Cinta tersentak dan refleks bangun dari tidurnya yang nyaman. Suara Anna terdengar seperti petir yang menyambar. “apa lo gila? Gak usah pake teriak”. “hahahahaha.. mau cerita.. mau cerita..” ucap Anna antusias. Anna adalah adik perempuan Cinta yang usil, ia selalu mengganggu setiap aktifitas yang menurut Cinta penting. Perbedaan umur antara keduanya hanya terpaut lima tahun. Cinta dan Anna punya hobi yang sama, tapi sebenarny

Senyuman di Langit Awangga

Awan mendung menggelayut langit Awangga. Angin dingin berhembus menerkam kebahagian. Semua berganti muram. Awangga telah lelah dipermainkan oleh alam. Dan saat ini negara itu telah jatuh dalam kemurungan. Kesedihan melanda seluruh istana. Tangisan lirih menggema dari sudut ruangan besar di kaputren. Sebuah ranjang tergeletak dengan sesosok tubuh diatasnya. Terdengar suara isak tangis tertahan. Hari ini apa yang telah dikuatirkan oleh Dewi Surtikanti benar-benar terjadi. Sejak semalaman kegelisahan dan kebimbangan hatinya terus hinggap, meskipun kata-kata penenang terucap dari Prabu Karna. Semalam adalah malam tersingkat dalam hidupnya. Ia merasa tidak ada lagi yang mampu menopang hidupnya kali ini. Semua telah pergi. Orang yang dicintainya telah tiada untuk selamanya. Masih terngiang jelas di benaknya. Sentuhan lembut suami tercinta. Masih terasa di tangannya genggaman cinta yang diberikan oleh Prabu Karna. Masih terdengar suara menenangkan suaminya, ketika meminta ijin untuk pamit

Kasih Seorang Anak Kecil

Sekitar tahun lalu, saya melayani seorang anak kecil berumur 5 tahun untuk mengisi libur musim panas sebagai Babysitter. Dan masa itu adalah pekerjaan musim panas yang paling berkesan! Maddie dan saya selalu berjalan jalan di taman setiap hari setelah makan siang. Maddie suka bermain ayunan dan perosotan di taman itu. Walaupun masih kecil, Maddie mempunyai hati yang baik, dan dia selalu membuat saya terkejut pada kasihya terhadap orang lain. Kedua orang tuanya pun juga sama - Selalu ada damai sejahtera diantara mereka. Saya selalu bertanya, mengapa mereka sangat berbeda dari orang orang lain? Suatu hari di taman itu, saya sedang mendorong Maddie yang bermain ayunan, dan kami mendengar banyak anak anak kecil tertawa. Kami melihat ada sekelompok anak anak yang berkumpul di sebuah tempat di taman itu. Maddie menyetop ayunannya, dan ingin pergi kesana untuk melihat apa yang sedang mereka tertawakan. Kami berjalan, dan seorang a ... baca selengkapnya di Kasih Seorang Anak Kecil Cer

I Can’t Take it Anymore

Aku sudah tidak tahan lagi mendengar omongan-omongan para anti fansku. Aku sudah tidak tahan lagi mau ditaruh dimana muka ku ini. Perlahan, aku merasa air mataku mengalir begitu saja. Aku mulai memikirkan lagi kritikan mereka yang begitu pedas. Aku kira, dulu sebelum menjadi seorang selebritis, hidup sebagai seorang selebritis itu mudah, tak ada beban sedikit pun. Kenikmatan-kenikmatan atas kemewahan dan serba ada itu aku memang merasakan sekarang. Tapi yang membuatku kaget saat menjadi selebritis dua tahun lebih, aku baru merasakan bahwa di balik semua kebahagiaan itu, banyak kenyataan pahit yang harus dihadapi. Kenyataan pahit ini membuat aku sulit untuk menghadapi hidupku. Mulai dari rumor kalau aku sebagai seorang penyanyi yang tampil selalu lypsinc, suara yang begitu tidak enak didengar, penyanyi yang hanya mengandalkan muka cantiknya saja, gaya dance ku yang tidak ada bagus-bagusnya dan rumor-rumor lain yang sulit untuk aku ungkapkan semua. Perlahan aku sadar dari lamunanku dan

Wiro Sableng #110 : Rahasia Patung Menangis

WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito Episode : PETUALANGAN WIRO DI LATANAHSILAM SINOPSIS :HANTU JATILANDAK INGAT PADA CAIRAN HANGAT YANG TERSENTUH JARI-JARI TANGANNYA. KETIKA DIA MEMPERHATIKAN WAJAH PATUNG ITU KAGET HANTU JATILANDAK BUKAN KEPALANG. TERNYATA CAIRAN HANGAT ITU KELUAR DARI DUA MATA PATUNG. SEOLAH TETESANTETESAN AIR MATA. "PATUNG MENANGIS...." DESIS HANTU JATILANDAK. BARU SAJA HANTU JATILANDAK SELESAI MEMBATIN TIBATIBA DALAM GELAPNYA MALAM TERDENGAR DUA SUARA TAWA BERGELAK. "MANUSIA BURUK RUPA! TIDAK BISA BERCINTA DENGAN MANUSIA, MELAMPIASKAN NAFSU BERPELUK-PELUKAN DENGAN PATUNG BATU! HA... HA... HA!" DI DALAM kamar yang diterangi dua obor itu, di atas tempat tidur kayu tergeletak menelentang seorang perempuan. Wajahnya yang cantik tertutup oleh keringat serta kerenyit menahan sakit. Dari mulutnya terus menerus keluar suara erangan, ditingkah desau nafas yang membersit dari hidung. Perempuan ini memiliki perut bes

BELAJAR MENANGGUNG RISIKO KEHIDUPAN DARI ANAK KECIL

16 November 2006 – 10:52   (Diposting oleh: Editor) “Remember that great love and great achievements involve great risk. – Ingat! Cinta yang besar dan prestasi tinggi melibatkan resiko yang besar pula.” ~ Anonim Risiko memiliki komponen ketidakpastian. Seumpama seseorang meloncat dari gedung berlantai 21 dan mengenakan parasut di punggungnya, ia tidak punya kepastian apakah nantinya parasut itu terbentang dengan baik ataukah tidak. Jika parasut itu gagal di kembangkan, dia berisiko terluka atau meninggal. Tetapi jika ia terjun tanpa parasut, jelaslah ia pasti meninggal dan berarti ia sama sekali tidak menghadapi risiko. Karena risiko itu ditandai dengan berbagai kemungkinan atau ketidakpastian. Risiko juga bersifat perorangan. Kalaupun misalnya terjadi luberan lumpur panas seperti yang terjadi di Porong – Jawa Timur itu pasti tak hanya dihadapi perusahaan pengebor gas bumi. Tetapi risiko luberan lumpur panas tersebut juga menimpa semua komponen, diantarnya para pemegang saham, kredi

Anjing Cerdas

Seorang tukang daging heran ketika melihat ada anjing yang masuk ke tokonya, dia beberapa kali mencoba mengusir anjing itu, tetapi beberapa kali juga anjing itu selalu kembali lagi ke tokonya. ?Dengan penuh tanda tanya, akhirnya tukang daging tersebut mulai mendekati dan mengamati anjing tersebut. Penjual daging itu terkejut ketika ia mendapati bahwa ada sebuah kertas kecil yang tergantung di leher anjing itu dan bertuliskan : ?Berikan aku 12 sosis dan 1 paha kambing?. Penjual daging itupun makin terkejut lagi ketika ia mendapati bahwa anjing itu juga menggigit uang 20 dollar ? jumlah yang cukup untuk membeli ?pesanan? anjing itu. ?Dengan merasa agak aneh, penjual daging itu mengambil uang dari mulut anjing itu, menyiapkan ?pesanannya?, membungkus 12 sosis dan 1 paha kambing ke dalam sebuah tas plastik, lalu memberikannya kepada anjing itu. Anjing itu pun dengan sigap menggigit pegangan tas plastik itu ? lalu ngeloyor pergi. ?Penjual daging sangat penasaran dengan anjing tersebut

Wiro Sableng #37 : Maut Bermata Satu

WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito SATU Hujan lebat menggebrak bumi. Guntur menggelegar berkepanjangan. Kilat sambar menyambar. Bumi Tuhan seperti hendak kiamat. Saat itu baru lepas tengah hari. Tapi hujan lebat, gumpalan awan menghitam membuat suasana seperti dicengkram gulitanya malam. Karena sulit melihat jalan yang ditempuh, apalagi mulai mendaki dan berbatubatu, penunggang kuda itu tidak berani bergerak cepat. Sesekali binatang tunggangannya yang sudah letih itu tergelincir dan meringkik. Suara ringkik kida, deru hujan yang menggila, gelegar guntur dan kiblatan kilat membentuk suara dahsyat yang menegakkan bulu roma! Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba beberapa tombak di hadapannya, di jalan yang mendaki dan berbatu oadas, penunggang kuda itu melihat cahaya, tepatnya nyala api. Sungguh sulit dipercaya. Dan lebih tak dapat dipercaya lagi, ketika dia mendekati nyala api itu ternyata adalah nyala sebuah obor. Obor ini dipegang oleh seoran

Anak Anjing

Ilustrasi anak anjing  Senangnya mengamati tingkah anak anjing! Dengan wajah dan tubuh mungil, mereka akan menyusu induknya lalu tidur bersama, berjejer-jejer dengan saudara-saudaranya. Sungguh lucu dan menggemaskan! Tertarik untuk memelihara anak anjing atau anjing berusia muda? Eits, jangan lupa untuk mempelajari perkembangan dan cara memilihnya, ya! Perkembangan Anak Anjing Anak anjing adalah anjing yang masih muda. Ketika dilahirkan, berat anjing bervariasi. Mulai dari 0,45-1,4 kg sampai 6,8-10 kg. Umumnya, berat ini akan bertambah seiring dengan perkembangannya. Saat dilahirkan, indera penciuman anjing telah berfungsi penuh. Namun, tidak demikian halnya dengan indera penglihatan mereka. Umumnya, anjing yang masih muda baru bisa membuka mata mereka setelah berumur 9-11 hari. Untuk mencari puting susu induknya, anjing yang masih muda menggunakan hidung. Pada awalnya, anjing yang masih muda menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk makan, tidur dan beristirahat. Baru

Untukmu…

Kulempar tas ke atas amben kamar, kusertakan diriku kemudian, meluncur, tanpa daya. Ku biarkan lelahku memudar, nafasku berangsur normal. Ku pejamkan mata, satu detik, dua detik, tiga detik, ah, tidak bisa! Pikiranku masih terpenuhi bayangan wanita itu. Wanita yang baru saja membelai lembut pipiku yang kini basah oleh peluh, lembab oleh debu, yang mungin sebentar lagi akan tumbuh jerawat. Benar saja, karena sudah tiga hari ini malas rasanya membersihkan muka dengan facial foam, atau apalah namanya. Hhmmhh, siapa peduli? Biasanya wanita itu, wanita itu yang selalu peduli! Sebentar – sebentar bilang, “Sudah mandi? Jangan lupa pakai facial foamnya!”, “Rambutmu sudah mulai gondrong. Kau akan terlihat lebih tampan jika kau potong rambutmu!”, “Jambangmu sudah mulai lebat, apa tidak lebih baik jika kau rapikan?” dan bilang, “kau terlihat kurus bulan ini! Makanlah sedikit banyak! Jaga kesehatanmu!” Oh, wanita itu. Sepertianya dialah satu – satunya manusi ... baca selengkapnya di Untu

Peluk Aku

Waduh masih seminggu lagi gajiannya. Bulan ini pengeluaran tak terdugaku bukan main banyaknya. Ada saja biaya tambahan yang harus dikeluarkan. Ibu yang sakit, saudara yang butuh bantuan, dan masih banyak lagi. Uang hanya tinggal Rp. 50.000,- lagi, padahal 7 hari lagi baru terima gaji. Kepalaku pusing tujuh keliling. Bagaimana mengelola kebutuhanku selama seminggu ini, terutama untuk makan dan transport. Aku memeriksa persediaan makanan di dapur. Dan yang kutemui hanya beras yang kurasa cukup untuk seminggu. Hatiku sedikit lega. Lauk pauk, tak usah terlalu repot. Aku bisa makan dengan garam, kecap atau bawang goreng atau sambal. Sayuran ada disekitar halaman rumahku, ada kemangi, ada daun kencur, ada kangkung darat, ada cabai, ada tomat. Lumayan pikirku. Aku bergegas menuju mobil tuaku, untuk segera berangkat ke kantor. Kulihat bensin, ternyata masih penuh, dan membuat aku jadi semakin lega. Paling tidak aku bisa bertahan beberapa hari, itu kalau hanya perjalanan dari rumah ke kantor.

Persahabatan yang Abadi

Sebut saja Iqbal, laki-laki berumur 13 tahun. Ia terlahir dengan satu ginjal. Saat dia berumur 4 tahun, dokter mengatakan, bahwa ginjalnya yang dapat berfungsi, hanya satu. Tentu saja, “Lelah” menjadi pantangan dalam hidupnya. Senyum indah tak selalu hadir di bibirnya. Dalam satu hari, 32 suntikan injeksi harus menancap tajam di kulitnya, untuk mengatasi rasa sakit. Ia sangat memimpikan kehidupan normal seperti yang lain pada umumnya. Tapi, sahabat sejatinya, Horan, selalu membuat hidup Iqbal penuh semangat. Horan selalu mengatakan, “Hanya memiliki satu ginjal, tak akan membuatmu kehilangan hak untuk dapat hidup normal” Itu membuat Iqbal merasa bahagia. Suatu hari, Iqbal terlihat sangat lemas. Horan yang melihatnya, tak dapat menahan rasa iba. “Ada apa?” tanya Horan. “Tidak, aku tak apa-apa.” jawab Iqbal “Hey, sudah kubilang jangan ikut pelajaran olahraga!” kata Horan. “Ah, aku hanya ingin mencoba melakukan itu. Apa salah? Satu kali saja.” jawab Iqbal Suasana pun terhening. “Ya,

Cantik

“Marina, cepat! Orang–orang sudah menunggumu”, kata wanita berkacamata yang tiap hari menemaniku kemana-mana ini. “Iya, aku akan segera kesana”, jawabku sambil tersenyum. Hari ini, 11 April 2012. Dua jam lagi adalah acara peluncuran novel ke-6 ku, yang tentu saja untuk mempersiapkan promosi agar acara ini diketahui oleh publik, aku dan team manajemen mengundang beberapa reporter dari stasiun televisi swasta dan para pembaca setia novelku di gedung pusat perbelanjaan buku dan musik terbesar di kota ini yang desainnya sedikit klasik dan elegan. Hari ini, semua reporter dan kameramen pasti sudah bersiap dengan segudang pertanyaan yang akan diajukan. Dan para pembaca setia novelku sudah menunggu sambil melambaikan tangan di barisan bangku hijau disana. Aku, Marina. Gadis berusia 27 tahun dengan lesung pipit di pipi sebelah kanan. Memiliki tinggi 160 cm, kulit sawo matang, hidung tidak terlalu mancung dan rambut coklat. Dandanan? Celana panjang warna hitam dan atasan bermotif bunga yang

Cara Berpikir Gajah

Ketika teman saya sedang melewati gajah, ia tiba-tiba berhenti, bingung dengan makhluk-makhluk besar yang diikat oleh tali kecil pada kaki depan mereka. Gajah tidak rantai, juga tidak dikandang. Sudah jelas gajah bisa melepaskan diri kapan saja dari tali yang mengikat gajah tersebut. Teman saya bertanya ke pelatih yang ada didekatnya, kenapa hewan-hewan besar (gajah) itu tidak berusaha melarikan diri, padahal itu adalah sangat mudah untuk gajahlakukan. ?Yah,? kata pelatih gajah, ?ketika gajah-gajah itu masih sangat muda dan jauh lebih kecil, kami mengikat gajah tersebut menggunakan tali ukuran kecil yang pada usia saat itu cukup untuk menahan gajah tersebut. Ketika gajah-gajah itu tumbuh, gajah-gajah itu dikondisikan untuk percaya bahwa gajahtersebut tidak dapat melepaskan diri dari ikatan itu. Gajah itu percaya bahwa tali yang kecil itu masih bisa menahan mereka, sehingga gajah-gajah tersebut tidak pernah mencoba membebaskan diri. Teman saya kagum. Gajah ini bisa setiap saat mele

Manisan Keramahan

Di tengah kehidupan globalisasi yang semakin sarat dengan persaingan dan tantangan seperti sekarang tidak hanya dibutuhkan usaha keras tetapi juga cerdas untuk dapat bertahan atau meningkatkan prospek bisnis maupun kualitas kehidupan kita. Bersikap ramah merupakan alternatif yang cerdas untuk kita pergunakan mencapai kesuksesan dan kebahagiaan. Berikut ini beberapa manfaat dari keramahan diantara segudang manfaat lainnya. Mendapatkan kondisi jasmani sehat merupakan salah satu manfaat dari bersikap ramah. Karena tersenyum sebagai bentuk keramahan ternyata dapat merangsang produksi hormon serotonin dan memacu produksi sistem kekebalan tubuh. Hormon tersebut membantu menjadikan kita lebih sehat, segar, dan tenang sehingga memungkinkan kita melakukan banyak aktifitas produktif. Sebaliknya, sikap cemberut dan ketus atau marah memicu produksi hormon-hormon yang bersifat meracuni tubuh sehingga mengurangi tingkat kesehatan kita. Keramahan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kesehatan

Ketika Kaisar Memerintah Dengan Belas Kasih

Tahun pertama masa Zhenguan, Kaisar Tang Taizong memberitahu kepala personil kerajaan, ?Kehidupan perempuan di lingkungan istana sangat memprihatinkan. Pada akhir Dinasti Sui, istana kerajaan terlalu banyak merekrut tenaga kerja perempuan. Banyak dari mereka tinggal di kota lingkar luar istana, dimana kaisar jarang berkunjung; hal mana hanya menghamburkan uang dan tenaga. Saya tidak menyukai situasi ini. Yang mereka lakukan hanya membersihkan rumah. Apa lagi yang dapat mereka lakukan? Biarkan mereka pulang ke rumah dan menikah. Kita dapat menghemat uang dan orang-orang akan lebih bahagia serta memiliki kehidupan pribadinya.? Setelah itu, istana kerajaan mengirim pulang lebih dari 3.000 perempuan. Tahun kedua masa Zhenguan, Tiongkok Tengah mengalami masa kekeringan diikuti dengan kelaparan yang parah. Kaisar Tang Taizong mengatakan kepada menteri-menterinya, ?Cuaca yang ekstrim adalah akibat dari kekurangan De (kebajikan, budi pekerti) pada diri saya, saya memerintah tidak berdasa

Warna-Warni Hujan

Jika merah adalah cinta dan kuning adalah persahabatan, maka Jingga adalah kebahagiaan. Kudengar di luar hujan turun begitu deras seolah menggambarkan kecemasannya akan takdirku. Seolah ikut merasakan segala kegalauan dan kesedihan yang tengah kurasakan. Seolah ingin berkata, “Jingga, tak usah kau lara begitu, lihatlah pelangi yang akan datang setelah aku pergi.” Ah sudahlah, selalu saja begitu pikiranku. Terlalu banyak berfantasi. Entah kenapa, setelah kejadian tragis itu, aku semakin sering berfantasi, berimajinasi atau lebih parah berhalusinasi. Terlebih ketika hujan deras mengguyur seisi kota. Ya, memang benar sepertinya hujan berperan penting dalam membangkitkan kenangan dan hujan menciptakan lagu indah bagi orang tertentu yang memiliki daya fantasi tinggi. Mungkin aku termasuk salah satu orang itu. Atau, mungkin saja aku hampir tak waras. Entahlah. Aku sendiri takut jika aku menjadi gila. Gila karena emosi yang meletup-letup. Gila karena depresi tak terkendali. Ah, lupakan! Kau

Wiro Sableng #140 : Misteri Pedang Naga Suci 212

WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito Episode : 113 LORONG KEMATIAN Wakil Ketua melangkah cepat memanggul tubuh Hantu Muka Dua. Setelah melewati sebuah pintu besi, dia hentikan langkah dan berpaling pada Satria Pocong yang berjalan mengikutinya. "Untung tadi Yang Mulia Ketua tidak sampai Menanyakan soal caping milik Kakek Segala Tahu. Kau sempat memeriksa benda itu ?" "Sudah, tapi saya tidak menemukan gulungan kain putih yang kita cari." "Apa ucapanmu bisa kupercaya?" tanya wakil ketua barisan manusia pocong 113 lorong kematian sambil dua matanya menatap lurus dan tajam pada sepasang mata anak buahnya. "Saya tidak berdusta. Saya tidak punya keperluan apa apa atas benda itu." Menjawab Satria Pocong. "Yang Mulia Ketua pernah bilang benda itu luar biasa penting. Menyangkut kelangsungan masa depan seratus tiga belas lorong kematian dan rencana pembentukan sebuah partai yang bakal menguasai seantero rimb

Waking Hypnosis

Di salah satu weekend di bulan Mei 2008, dalam rangkaian pelatihan hipnoterapi 100 jam, saya sempat bertemu dengan beberapa kawan yang juga menyelenggarakan pelatihan di ruang berbeda di lantai 6 Hotel Ciputra, Jakarta. Saya menggunakan kesempatan ini untuk berbincang sejenak sambil berfoto bersama. Di sela-sela obrolan kami tiba-tiba ada yang nyeletuk , “Pak, main hipnosis dong.” Sambil tersenyum saya menoleh ke seorang staf kawan saya, sebut saja Lani, dan berkata, “Coba satukan kedua jari Anda. Letakkan di depan mata sekitar 20 cm dan sekarang kedua jari Anda lengket tidak bisa dilepas.” Apa yang terjadi kemudian? Benar, jari Lani lengket. Tidak bisa dilepas. Semakin ia berusaha melepas kedua jarinya semakin lengket jadinya. Lani tampak mulai panik. Sambil terus berusaha melepas kedua jarinya, tapi tetap nggak berhasil, ia berkata, “Pak… Pak.. ini kok bisa jadi begini? Kenapa nggak bisa dilepas?” Sudah kepalang tanggung… saya teruskan main-main ini dengan membuat Lani nggak bi