Skip to main content

Posts

Berkat Gunung Merapi

Ada seorang anak bernama Sasha dia sangat boros, setiap minggu dia selalu Saja meminta barang-barang baru kepada orang tua nya dia pun tidak peduli kepada orang-orang yang kekurangan waaah sunggguh boros ya. Pada suatu hari Sasha datang ke sekolahnya dan dia melihat meja temanya Layla dikerubungi teman-teman lainya Sasha pun melihat ternyata Layla sedang memamerkan bando bewarna hijau bermotif daun Sasha pun terkesima saat melihat bando itu lalu Sasha bertanya “Dimana kamu membeli bando itu Layla?” “Oh aku membelinya di toko aksesoris terkenal di dekat rumahku Disana sangat lengkap aku saja sampai bingung Harus memilih yang mana, kalau kakakku membeli yang bewarna biru bermotif awan harganya tentu saja mahal aku saja Harus memohon-mohon terlebih dahulu ke mama ku” tuh kan kalau bertanya kepada Layla pasti begini Malah nyambung kemana-mana ckckck “aku tanya kamu beli dimana Layla” tanyaku lagi kepada Layla “oooh, aku membelinya di toko aksesoris...

Mujur atau Malang?

Ada sebuah cerita Cina kuno tentang seorang laki-laki tua yang sikapnya dalam memandang kehidupan berbeda sama sekali dengan orang-orang lain di desanya. Rupanya laki-laki tua ini hanya mempunyai seekor kuda, dan pada suatu hari kudanya kabur. Para tetangganya datang dan menaruh belas kasihan kepadanya, mengatakan kepadanya betapa mereka ikut sedih karena kemalangan yang menimpanya. Jawabannya membuat mereka heran. "Tapi bagaimana kalian tahu itu kemalangan?" dia bertanya. Beberapa hari kemudian kudanya pulang, dan ikut bersamanya dua ekor kuda liar. Sekarang si laki-laki tua punya tiga ekor kuda. Kali ini, tetangga-tetangganya mengucapkan selamat atas kemujurannya. "Tapi bagaimana kalian tahu itu kemujuran?" dia menjawab. Pada hari berikutnya, sementara sedang berusaha menjinakkan salah seekor kuda liar, anak laki-lakinya jatuh dan kakinya patah. Sekali lagi, para tetangga datang, kali ini untuk menghibur si laki-laki tua karena kecelak...

Pilih Kaya atau Bahagia?

Oleh: Agus Riyanto Hampir setiap orang yang hidup di dunia ini pasti jika ditanya apa mereka ingin hidup kaya, pasti akan menjawab “ya”. Umumnya kita ingin hidup di dunia ini berkecukupan materi, atau bila memungkinkan inginnya kaya raya. Memiliki rumah bagus, kendaraan mewah, perhiasan, deposito yang banyak, dan lain-lain. Sekarang masalahnya, apakah dengan hidup kaya saja kita akan merasa puas dengan apa yang kita miliki? Mungkin kita telah memiliki segala benda duniawi yang menjadi simbol kekayaan, namun sebenarnya itukah yang kita cari? Banyak kita lihat di sekitar kita, orang-orang yang telah mencapai puncak karier dan hidupnya berlimpah harta, namun bila kita perhatikan hidup mereka bukanlah hidup yang ideal. Misalnya saja seorang menteri, gubernur, anggota DPR atau pejabat tinggi negara lainnya yang sering kita lihat di berita televisi. Karier mereka sudah sampai puncak dan hidup mereka berlimpah harta, namun tiba-tiba kita dikejutkan dengan berita penangkapan mereka oleh KP...

Jalan Hidupku

Ku pandangi langit sore ini. Terasa kelam dan redup, meski sebenarnya hari ini cerah. Namun hati yang risau ini membuatku merasa kelam. Aku duduk di depan rumah yang hanya berdinding kardus-kardus bekas. “Sampai kapan aku terus begini? Huft… Aku ingin sekolah,” ucapku dalam hati sambil melamun. “Dion, kamu nggak ngaji, Nak?” Tanya Ibu yang keluar dari pintu rumah. “Nggak, Bu. Dion lagi malas,” jawabku singkat. Ibu menyandingku duduk di atas kursi panjang. Dan memberiku nasehat, agar aku tetap semangat dalam segala hal. “Lho, nggak boleh gitu donk. Memangnya kamu tidak ingin jadi orang sukses? Kamu ingin jadi dokter, kan? Ayo donk semangat, Dion nggak boleh malas ngaji yach. Siapa tahu kamu bisa jadi penerusnya Ustadz Falah (guru ngajiku),” tutur Ibu sambil mengelus rambutku. “Bagaimana Dion bisa jadi dokter kalau Dion nggak sekolah? Dion ingin sekolah, Bu…” jawabku cetus. Ibu hanya diam dan menundukkan kepala. Mukanya terlihat gelisah dan sedih. “Sabar ya, Nak. Bapak dan Ib...

Pasir dan Batu

Dua orang sahabat sedang berjalan di padang pasir. Selama dalam perjalanan mereka berdebat tentang sesuatu. Salah seorang dari kedua sahabat itu menampar temannya, dan yang ditampar itu merasa sakit tetapi dia tak berkata apa apa, hanya menulis diatas tanah : "HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPARKU" Mereka tetap berjalan sampai mereka menemukan sebuah oasis (sumber air), mereka sepakat untuk mandi, teman yang telah ditampar tergelincir dan hampir saja tenggelam di oasis tersebut, tetapi temannya datang dan menolongnya, dan setelah diselamatkan oleh temannya dari bahaya, dia menulis di Batu "HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU" Teman yang telah menampar dan yang telah menyelamatkan nyawa teman baiknya itu bertanya kepadanya, "Setelah saya menyakitimu, kamu menulisnya di tanah dan sekarang, kamu menulisnya diatas batu, mengapa? Temannyapun menjawab : "Ketika seseorang menyakiti kita, kita harus menulisnya diatas tanah, agar angin dapat menerbangkanny...

Filosofi Sungai

Oleh: Margereth Simardjo Pagi ini, untuk ketiga kalinya aku berkunjung ke tempat favoritku di lembah. Dimana aku bisa melihat pemandangan yang begitu indah disana. Gunung yang diselimuti kabut, rumput terbentang luas, sungai yang beriak-riak, pepohonan yang menjulang tinggi. Kalau kemarin aku duduk di atas bukit, menikmati semuanya itu, pagi ini aku terdorong untuk mendekat ke arah sungai, dan duduk di pembatas sungai, sehingga sungai tersebut ada di bawahku. Di situlah aku merenungkan tentang satu filosofi yang pernah diutarakan oleh filsuf yang sangat terkenal di jaman lampau, yaitu Heraclitus. Beliau pernah mengutarakan satu filosofi yang sangat terkenal hingga kini : Panta ch?rei kai ouden menei, yang artinya “Everything changes and nothing remains still”. (http://en.wikipedia.org/wiki/Heraclitus). Kalau di Indonesia, ada filosofi yang mirip dengan itu: “Segala sesuatu mengalir seperti sungai.” Dan tadi pagi, aku sedang berada di depan sungai. Filosofi itu terngiang-n...

Wiro Sableng #43 : Dewi Lembah Bangkai

WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito 1LIMA PERAJURIT berkuda berderap memasuki halaman rumah yang penuh ditumbuhi pohon singkong. Mereka memiliki tampang-tampang galak, membekal golok besar di pinggang masing-masing. Begitu sampai di depan rumah papan beratap rumbia, kelimanya langsung melompat turun. Yang didepan sekali menendang pintu rumah sambil berteriak: "Adi Sara! Kami perajurit Kadipaten datang membawa surat perintah penangkapan!" Pintu rumah terpental tanggal. Perajurit yang menendang langsung masuk diikuti dua orang temannya. Dua lagi menunggu di luar berjaga-jaga dengan tangan menekan hulu golok. Di dalam rumah, ketika dikejauhan terdengar derap kaki lima perajurit Kadipaten itu, seorang lelaki tua berambut putih memegang bahu seorang pemuda berusia dua puluh tahun seraya berkata: "Anakku Adi! mimpiku semalam mungkin akan menjadi kenyataan. Aku dengar suara derap kaki-kaki kuda dikejauhan. Menuju ke rumah kita ini. Ham...